TEDxJakarta 2017 Niyata

Ketika Cah Ndeso Jadi #TEDxJakarta Speaker

Jakarta, 10 Juni 2017 akan menjadi hari yang takkan pernah terlupakan seumur hidup. Untuk pertama kalinya saya melakukan public speaking. Nggak tanggung-tanggung, di atas panggung teater Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), di hadapan 450+ orang yang lolos seleksi audiens TEDxJakarta ke-12.

Mengusung tema Niyata (dari bahasa Sanskrit, berarti “nyata”), TEDxJakarta kali ini menghadirkan 8 speakers perempuan dari berbagai latar belakang kultur, keilmuan, dan profesi.

Ada Mirza Kusrini, dosen IPB yang gemar blusukan ke hutan-hutan Indonesia untuk mencari kodok.

Ada Anindya Krisna, balerina profesional yang sangat dedikatif sejak usia 14 tahun, melanglang ke berbagai benua, dan kini rajin memperkenalkan indahnya balet pada anak-anak Indonesia.

Ada Firly Savitri, dosen sekaligus pendiri Ilmuwan Muda Indonesia (IMI). Dengan lab in the box dan planetarium portabel buatannya, beliau berusaha menumbuhkan minat dan pola pikir ilmiah bagi anak-anak.

Ada Intan Suci Nurhati, pakar oseanografi yang berada di garda depan konservasi karang laut.

Ada Faye Hasian Simanjuntak, remaja berumur 16 tahun yang aktif memperjuangkan nasib korban perdagangan manusia.

Ada Bunda Iffet, yang dengan tangan hangatnya membangkitkan kembali Slank di kancah musik rock Indonesia.

Ada Adi Utarini, mantan wakil dekan Fakultas Kedokteran UGM yang beralih jadi peternak nyamuk Aedes aegypti demi mengatasi wabah demam berdarah.

Kemudian, ada saya, cah ndeso lulusan SMA dari Surabaya yang kini tinggal di Bandung dan nggak punya apa-apa selain cerita.

Sejak sebulan silam, saya “dipinang” oleh tim kurator TEDxJakarta. Dukungan mereka, terutama Shelda Alni, Roby Bagindo, dan Ivan Fauzan, luar biasa. Mendampingi saya di setiap langkah persiapan. Padahal, saya belum pernah dan nggak tahu caranya public speaking, boro-boro bikin presentasi yang HUWOW. Mana saya suka nggak pede geje, sampai-sampai saya bilang ke suami, “Kayanya mereka (tim kurator, red.) salah pilih orang deh.”

Dukungan teman-teman nggak kalah hebatnya. Denny Aryadi (desainer grafis profesional) membuatkan slides presentasi maupun kartu nama untuk saya dan suami. Sebelum saya berangkat ke Jakarta, dia wanti-wanti, “Anytime elu butuh slides dioprek, kontak gue ya.” Retno Nindya, Mandy Marahimin, Ismet Ifahmi, Rangga Sastrowardoyo, dan Antorio Bergasdito rela saya recoki lewat Whatsapp. Mereka memberikan tip dan trik berharga tentang public speaking. Sementara Putri Dara, Yusuf Affandi, dan Desiyanti meluangkan waktu untuk mendengarkan saya latihan presentasi.

Jumat malam, Cecilia dan suaminya, Igor, mampir ke Artotel, di mana TEDxJakarta speakers yang berasal dari luar Jakarta menginap. Hanya demi menyemangati saya.

Anang Pradipta malah rela begadang semalam suntuk, menemani saya menyempurnakan naskah presentasi.

Pagi hari H, Astrid Arum (makeup artist profesional) datang ke hotel untuk mendandani saya. Yang menggambar alis saja belum bisa.

Cantik ya?
Padahal aslinya mbladhus. Ini foto bareng Ricky Pesik, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif. Makasih traktirannya, Om Ricky!

Di venue saya ketemu beberapa teman lain. Aulia Masna dan istrinya, Teh Andin, hadir mewakili media. Galih Wismoyo dan Teddy hadir mewakili katering Proklamasi milik ibu Galih, yang menyediakan makan malam enak untuk kurator, sukarelawan, speakers, maupun audiens TEDxJakarta. Pun Tommy Chandra (founder studio desain Heimlo), yang ternyata lolos seleksi audiens.

Untung ada mereka. Juga suami, yang rela nggak kerja beberapa hari, menemani saya sepanjang akhir pekan itu, dan nggak bosan-bosannya menyemangati, “You can do this! I’m so proud of you!” Kalau nggak, mungkin saya sudah kabur balik ke Bandung.

Ketika berpapasan dengan beberapa kurator di venue, mereka nanya, “Sudah siap, Mbak Dian?” pengen banget saya jawab, “Enggak, saya mau nyemplung sumur aja plis,” tapi akhirnya cuma bisa cengengesan, “Saya pasrah.” Dua jam sebelum giliran saya tiba, saya makin nggak tahan, dan akhirnya menyingkir ke halaman samping GKJ. Setidaknya, di situ saya bisa mengatur napas tanpa ketemu orang lain. Kombinasi introvert dan panic attack sungguh nggak keren.

Sepuluh menit menjelang naik panggung, seorang sukarelawan TEDxJakarta mengalungkan mikrofon ke leher saya. Saat itu pun, saya masih berharap bisa segera bangun dari mimpi. Tapi, ternyata, itu bukan mimpi. Saya betulan berdiri di panggung, tersorot lampu, dan bercerita di depan audiens yang kebanyakan nggak saya kenal.

Awalnya, saya kaku banget. Perhatian saya terbelah antara ngomong, mengingat-ingat mau ngomong apa, dan meredakan debar jantung. Begitu audiens tertawa untuk pertama kalinya, barulah saya mulai rileks. Dalam 15 menit, saya menceritakan 5 pengalaman berbeda, di mana saya memecahkan masalah dengan cara-cara yang nggak lazim. Reaksi audiens luar biasa. Dikit-dikit tertawa dan tepuk tangan, termasuk ketika saya mengutarakan sesuatu yang–menurut saya sih–nggak lucu babar blas. Di penghujung acara, seorang inisiator komunitas TEDxJakarta, Arief Aziz, menyalami saya. “Selamat ya. Bagus banget presentasimu.” “Makasih, Mas,” jawab saya sambil cengengesan.

Begitu venue mulai sepi, seorang cowok mendekati saya. Wajahnya tampak seperti Caucasian. Saya langsung memerintahkan otak untuk, “Buruan! Switch ke bahasa Inggris!” Ndilalah dia berbahasa Indonesia. “Hai, yang kisah hidupnya kaya sinetron,” katanya merujuk ke kalimat pembuka presentasi saya. “Kamu aslinya lucu atau gimana sih? Kok tadi bagus banget presentasinya.” “Ummm…”

Dia langsung menyampaikan niatnya untuk mengontak saya selepas acara. Untuk… apa ya… Ya maaf, saya susah konsen. Kegantengannya distraktif banget!

Akhirnya, saya sodorkan kartu nama. “Nanti silakan kontak saya.”

Begitu dia menjauh, LO (liaison officer) saya, Febry, berbisik, “Yang tadi itu ikut main di The Raid 2 lho, Mbak Dian. Namanya Arifin Putra.” “HAAAAAAAAAH?!?!”

Bener kan. Cah ndeso

… etapi sempet foto bareng Arifin Putra, ihiy!

10 pemikiran pada “Ketika Cah Ndeso Jadi #TEDxJakarta Speaker

  1. Wah ada namaku! Padahal aku gak ngapa-ngapain selain manggut-manggut sambil berbisik “Lah kenapa aku gak kepikiran kayak gitu ya? Cerdas banget ini!!!” 😂
    Nunggu videonya ah…

    Suka

  2. Video yang unedited aja udah keren banget, gimana yang udah diedit? Pecah kaya lagi nonton stand up comedian profesional. Aku turut bangga! :’)

    Suka

Tinggalkan komentar