Awal-awal nyoba Arduino, saya semacam terbang merem. Hukum Ohm? Lupa. Hukum sirkuit Kirchhoff? Apalagi! Solder-menyolder (walau awalnya nggak langsung kepake), baca nilai resistan pada resistor, bahkan apa dan bagaimana komponen pembentuk Arduino saja saya nggak paham.
Berbekal skill di atas, saya tetap mencoba melakukan eksperimen dengan Arduino. Waktu itu bikin hexapod bot dengan 3 servo mini (pokoknya yang paling murah). Waktu itu nyoba ngubah gerakan servo bla bla bla, sampai akhirnya mulai terlihat asap membubung dari Arduino. Mungkin kalau saya lebih cepat nyabut USB waktu itu, si Arduino bisa selamat. Nyatanya enggak. Atu cedih. 😦
Pada saat kejadian itu, saya sempet kesel, panik, lengkap dengan diomelin pula oleh Andes (rekan sekantor, tetangga meja), “Mas Ibnu ngapain ih? Ugal-ugalan!” Sempet mikir juga, “FAAAKKK, ini gw mesti gantiin berapa?!” Lalalalalala, pokoknya nggak cihuy. Setelah beberapa menit, akhirnya saya memutuskan untuk tetap berusaha menyelesaikan robot terlebih dahulu. Saya cari Arduino lain yang masih bisa berfungsi (setelah sebelumnya revert kode ke yang nggak ngebakar Arduino).
Begitu robot berhasil bergerak sesuai rencana, barulah saya mencari tahu harga Arduino buat ngegantiin properti kantor. Ketika itulah saya ketemu berbagai Instructables dengan kata kunci “bareduino”. Semacam Arduino, tapi minus bahan-bahan sekunder, yang berarti Arduino bisa berfungsi tanpa bahan-bahan tambahan itu. Lalu, saya malah jadi tahu, chip ATmega328-nya ternyata bisa berjalan sendiri (asalkan sudah di-upload dengan kode), tentang burn bootloader di Arduino, bahkan non-default bootloader untuk Arduino. Juga tentang alternatif ATmega328, yaitu Attiny85 (yang lebih kawaii), sekaligus bagaimana biar bisa ngurangi resiko kebakar (sebelumnya servo ngambil daya langsung dari Arduino, sekarang udah nggak). Dan, ketika berkeliling Instructables, eh saya malah ketemu ide-ide baru terkait Arduino. Terutama sih gimana caranya biar bisa lebih murah kalau kelak saya melakukan kesalahan lagi.

Setelah ditilik, ternyata dari 1 kesalahan, saya belajar banyak. WOW! Nggak rugi kan ya? (Orang Indonesia itu selalu gampang mikir, “Untungnya…” di tengah bencana sih ya, lalalalala.) Lagipula, saya juga belajar cara yang lebih murah untuk melakukan kesalahan lagi. Semoga kelak makin banyak kesalahan yang bisa terjadi dan makin banyak lagi kesempatan belajar. 😀
Problems are friends, not food.
~bukan ikan Hiu
Foto oleh Ibnu Triyono (Cangkir Kosong), all rights reserved.