
Telat Wicara
Terakhir kali ketemu DSA (dokter spesialis anak), Juno dirujuk ke dokter spesialis rehabilitasi medis. DSA curiga, Juno telat berbicara. Continue reading Telat Wicara
Terakhir kali ketemu DSA (dokter spesialis anak), Juno dirujuk ke dokter spesialis rehabilitasi medis. DSA curiga, Juno telat berbicara. Continue reading Telat Wicara
Juno punya sepatu baru. Continue reading Ukuran Sepatu
Sekujur tangan saya sakit. Kemungkinan diagnosis sementara adalah arthralgia. Gara-gara kondisi tersebut, saya jadi sadar, kemampuan bisa hilang. Makanya, harus dijaga. Termasuk kemampuan menulis. Continue reading Merindukan Kemampuan yang Mulai Hilang
Saya tahu saya beda dari kebanyakan orang. Dan, perbedaan itu bikin saya menderita tiap hari. Dan, karena itu, saya cari solusinya. Yang ternyata, cukup menyita waktu, energi, dan kesabaran. Setelah bertahun-tahun gonta-ganti terapi dengan 2 psikolog dan 3 psikiater, akhirnya saya ketemu psikiater yang memberikan diagnosis paling pas dengan segala gejala yang saya rasakan: ADHD alias Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Seperti yang pernah saya janjikan, berikut ini video di mana saya berbicara di panggung TEDxJakarta 2017. Dalam kesempatan tersebut saya buka-bukaan aib bercerita tentang: Bagaimana saya semasa kecil merayu nenek dan tante agar membelikan yang saya mau Bagaimana saya mendapatkan … Continue reading The Game of Life by Dian Ara (@heyDian) #TEDxJakarta 2017
Pertanyaan yang diajukan kebanyakan pemula di komunitas Game Developer Indonesia (GDI) bisa dikelompokkan menjadi 2 macam. Yang paling cerdas, “Pengen bikin game, kemampuan apa yang saya perlu miliki?” Sementara yang paling oneng, “Gimana caranya bikin game?” bisa bikin para senior di GDI mendadak migren.
Jakarta, 10 Juni 2017 akan menjadi hari yang takkan pernah terlupakan seumur hidup. Untuk pertama kalinya saya melakukan public speaking. Nggak tanggung-tanggung, di atas panggung teater Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), di hadapan 450+ orang yang lolos seleksi audiens TEDxJakarta ke-12.
Diagnosis dari psikiater akhirnya resmi. Saya memiliki kondisi kejiwaan yang disebut bipolar disorder. Jujur saja, saya lega.
Saya pernah menyesal terlahir sebagai manusia. Spesies paling arogan dan egois di muka bumi.
Walau masih sangat muda, kelima bocah ini pintar, mandiri, dan gemar bertualang. Juga sangat cantik dengan rambut lebat dan lekuk tubuh semlohay. Lebih dari itu, mereka adalah teman yang sensitif, lucu, hangat, dan setia. Sungguh ideal bagi Anda yang mendambakan teman yang siap bermanja-manja di malam-malam yang dingin dan sepi.
Beberapa bulan belakangan, kecanduan saya akan media sosial (medsos) makin parah. Sebagai bagian dari Generasi M(enunduk) yang baik dan benar, saya habiskan seharian dan semalam suntuk memelototi ponsel. Alhasil, bangun kesiangan, nggak sarapan, boro-boro olahraga. Belum lagi didera perasaan bersalah akibat nggak menyelesaikan tugas-tugas penting. Lalu, pada 25 Mei 2016 saya putuskan, puasa medsos sajalah!
Jumat kemaren di Twitter rame tagar #SejakMenikah. Salah satu pekicau, kayanya seorang suami, ngaku merasa bagai berada dalam penjara gegara tiap hari dijatah duit jajan oleh istrinya. Kakanda pernah juga diketawain temennya, yang lajang, begitu si temen tau dia dapet jatah jajan harian. Lah? Kakanda tampaknya bahagia dengan sistem pengelolaan keuangan yang saya terapkan. Tapi, kenapa jatah jajan itu terkesan seakan menyiksa suami?