Terakhir kali ketemu DSA (dokter spesialis anak), Juno dirujuk ke dokter spesialis rehabilitasi medis. DSA curiga, Juno telat berbicara.
Oleh dokter rehab medis, Juno disarankan menjalani terapi wicara. Terapi tersebut dipandu terapis, yang mengajak Juno bermain sambil menitahkan perintah-perintah sederhana, seperti, “Ambil,” dan, “Taruh.”
Sebetulnya Juno cukup responsif. Kalau dipanggil, mau menoleh. Kalau diajak ngobrol, sering tersenyum. Dia juga menatap mata pembicara, nggak mengalihkan pandangannya. Saat ada maunya, dia akan meminta dengan menunjuk-nunjuk sambil bersuara, “Eh! Eh!” Memang belum bisa berbicara. Tapi, dia sudah paham perintah sederhana. Disuruh menendang bola, bisa. Diminta menyimpan kembali mainannya ke dalam wadah, juga bisa. Diajak mengambil mainan tertentu, dia sudah paham.
Karena itu, setelah pertemuan pertama dengan terapis, kami putuskan Juno tidak menjalani terapi wicara. Setidaknya sekarang, saat umurnya baru 15 bulan. Lagipula, konon, anak yang bisa berjalan lebih dulu, telat wicaranya. Pun sebaliknya. Juno sudah bisa berjalan sejak umur 11 bulan. Sekarang dia malah lancar berlari lho!
Kami akan tunggu dan amati sampai Juno berumur 24 bulan. Kalau saat itu dia masih telat berbicara, kami akan segera membawanya ke terapis.
Foto kover oleh Dian Ara (Cangkir Kosong), all rights reserved.