
Doodle untuk Yang Merasa Nggak Bisa Menggambar
Saya merasa saya nggak bisa menggambar. Takut salah. Takut jelek. Tapi, sejak 5 Agustus 2020, saya menggambar tiap hari tanpa bolong. Lanjutkan membaca Doodle untuk Yang Merasa Nggak Bisa Menggambar
Saya merasa saya nggak bisa menggambar. Takut salah. Takut jelek. Tapi, sejak 5 Agustus 2020, saya menggambar tiap hari tanpa bolong. Lanjutkan membaca Doodle untuk Yang Merasa Nggak Bisa Menggambar
Akhir pekan kemarin saya dan suami main-main dengan air-dried clay. Lanjutkan membaca “Kencan Akhir Pekan: Main-Main dengan Air-Dried Clay”
Saya sedang ikut kuliah online di Coursera. Namanya Game Design: Art & Concept Specialization. Kuliah ini berlangsung sejak 15 September 2015 hingga akhir Januari 2016. Barusan saya kumpulkan PR (assignment) untuk minggu pertama: Paper Golf.
Awal-awal nyoba Arduino, saya semacam terbang merem. Hukum Ohm? Lupa. Hukum sirkuit Kirchhoff? Apalagi! Solder-menyolder (walau awalnya nggak langsung kepake), baca nilai resistan pada resistor, bahkan apa dan bagaimana komponen pembentuk Arduino saja saya nggak paham.
Wiken kemarin, kakanda mengajak saya bikin automata. Saya belum pernah bikin sebelumnya, jemari saya nggak se-crafty kakanda, dan bahan-bahan yang dibutuhkan kurang kumplit. Dengan segala keterbatasan itu, eh kami berhasil dong!
Beberapa hari terakhir di tahun 2014, saya mulai nyoba-nyoba Arduino. Sebenernya, sebelum jadi programmer, saya sempet tertarik dengan elektronik, tepatnya sekitar akhir SMP. Lantaran nggak pernah ada yang bisa ditanyain dan saya males nyari alatnya, akhirnya saya sekadar baca-baca dan ngintip buku kumpulan skematik.
Tiap kali ngeliat-liatĀ artikel “how to” di instructables.com, kadang di situ saya ngerasa pedih.
Kemarin saya akhirnya berhasil mendefinisikan tugas utama game designer, profesi yang mulai saya geluti sejak Agustus 2014. Lanjutkan membaca Tugas Utama Game Designer