Saya punya blog lawas, namanya Dian Ara’s Quest. Di blog itu saya menulis dalam bahasa Inggris. Memang niatnya untuk latihan menulis dalam bahasa Inggris.
Yang menarik, sepanjang Mei 2010 sampai Januari 2013 saya telah memuat 53 artikel, ditambah menulis 22 drafts.
Ini mengagumkan. Saya bisa menulis sebanyak itu. Saya berani menulis sebanyak itu. Membahas berbagai hal, termasuk sebuah draft berjudul Fart and Insecurity.
Semula saya kira, hidup saya sekarang kurang menarik dibandingkan hidup saya 8 tahun lalu. Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, nggak juga. Hidup saya cuma berubah. Jadi seorang istri. Jadi seorang ibu. Jadi staf keuangan di sebuah perusahaan film. Bukan berarti nggak menarik.
Penyebab saya lebih jarang menulis: Saya takut.
Mau bercerita soal keuangan, takut dituding sok kaya. Mau ngomel soal film, takut dibilang nggak punya karya.
Takut nggak dibaca. Takut dibaca. Juga takut didebat. Banyak takutnya deh pokoknya.
Sedih ya.
Saya pengen bisa menulis seperti Pak Budi Rahardjo. Beliau rajin sekali, tiap pekan memublikasikan 1-2 artikel. Tulisannya cenderung pendek, tapi selalu menarik.
Saya pengen bisa menulis tiap hari. Apalagi sekarang ada keyboard mekanik. Pengalaman menulis mestinya terasa lebih menyenangkan.
Masih banyak topik yang bisa saya ungkapkan di blog ini. Termasuk cara saya mengelola keuangan. Termasuk tingkah polah Juno. Juga pikiran-pikiran acak yang melintasi kepala saya.
Cuma satu soal: Menulis itu berani.
Lantas, bagaimana cara agar saya lebih berani menulis?
Dengan menjadikannya sebuah kebiasaan. Kalau saya disiplin menulis tiap hari, mau nggak mau, ide buruk pun bisa jadi tulisan.
Anything worth doing is worth doing badly.
G. K. Chesterton
Kalau saya nggak terlalu peduli reaksi orang lain (dalam koridor yang dibatasi oleh UU ITE), saya bisa menulis lebih banyak lagi. Semoga.
Foto kover oleh Hannah Grace (Unsplash), free license.