Sebagai orang dengan kondisi bipolar disorder, kadang saya mengalami episode manik, kadang mengalami episode depresi. Menjelang depresi, ada beberapa gejala khas yang bisa saya kenali. Nggak selalu gampang, tapi bisa. Dengan mengenali gejala-gejala itu, harapannya adalah mencegah saya terjun ke jurang depresi yang lebih dalam.
Berikut 8 gejala depresi yang pernah saya alami.
Malas ngapa-ngapain
Salah satu gejala paling khas depresi adalah malas melakukan beragam aktivitas. Termasuk yang biasanya diminati. Gejala ini paling gampang tertebak. Kalau saya mulai malas menulis, berarti lampu kuning menyala.
Malas ngobrol dengan siapa pun
Ini juga gejala yang gampang tertebak. Kalau saya mulai malas bercerita ini-itu-anu-inu pada suami, berarti sebentar lagi saya depresi.
Malas makan
Ada orang yang banyak makan saat depresi. Bagi saya, menjelang depresi adalah saatnya saya malas makan. Bahkan bisa seharian saya mangkir makan tanpa rasa lapar. Anehnya, menjelang manik gejala serupa juga muncul. Bisa seharian saya lupa mengisi perut.
Malas mandi
Saya memang kurang suka mandi, tapi masih bisa mandi tiap hari. Kalau saya mulai ogah-ogahan banget mandi, itulah pertanda jurang depresi makin dekat.
Banyak tidur
Ada orang yang nggak bisa tidur saat depresi. Bisa jadi lantaran cemas menyiksa. Sebaliknya, saya justru tidur melulu. Energi seakan terkuras, padahal nggak ngapa-ngapain.
Susah fokus
Menjelang depresi, fokus saya sontak berantakan. Gejala ini overlap dengan gejala khas ADHD, jadi biasanya saya berusaha perhatikan adanya gejala lain untuk menyisihkan kemungkinan ADHD kumat.
Pikiran negatif
Saat saya mulai depresi, kepala saya penuh dengan pikiran negatif. Terutama tentang betapa saya nggak berguna, nggak berharga, dan nggak layak dicintai.
Pengen mati
Kalau pikiran negatif itu terus-menerus mendera, lambat laun muncul keinginan untuk mati saja. Tapi, saya selalu takut. Takut betulan mati, lalu menyesal. Toh, keinginan itu tetap ada. Dan menyiksa sekali.
Mengatasi gejala depresi
Menjelang depresi, gejala-gejala di atas muncul dengan intensitas lumayan ringan. Kalau dibiarkan, makin lama akan terasa makin berat, dan makin sulit untuk bangkit darinya. Sebelum itu terjadi, biasanya saya lakukan 3 aktivitas berikut secara berurutan:
- Butterfly hug untuk meredakan kecemasan yang memuncak.
- Morning pages untuk menumpahkan segala yang ada di kepala. Saya tuliskan dengan tangan tiap pikiran yang melintas. Tanpa sensor. Tanpa penilaian. Morning pages itu nantinya saya robek dan buang. Kadang, saya sangat menekan pulpen saking intens emosinya. Kadang, sambil menangis juga. Lega sih biasanya.
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk menantang segala pikiran yang nggak logis dan memicu emosi negatif. Kadang, kalau saya kesulitan berpikir logis, berarti perlu ngobrol dengan suami atau teman dekat.
Selain itu, sesuai saran psikiater, saya juga berusaha bangkit dari depresi dengan menerapkan pola hidup sehat. Yaitu, makan tepat waktu, olahraga, dan terus beraktivitas. Termasuk main game, menulis, doodling, atau sekadar nonton video di YouTube, Netflix, dan Skillshare.
Kalau Anda mengalami gejala depresi, baik gara-gara bipolar disorder ataupun stres berlebihan akibat pandemi, coba lakukan 3 aktivitas tersebut. Siapa tahu membantu.
Foto kover oleh Eduardo Vázquez (Unsplash), free license.